Arabika Coffee Gayo

Arabika Coffee Gayo
Barista Gayo

Senin, 18 Juli 2011

Tip Menghindari Rasa Burnt dan Getir Pada Kopi

Moka Pot: Tips Menghindari Rasa Burnt dan Getir
philocoffeeproject | Juli 18, 2011 pada 2:20 pm |

Salah satu hal yang sering dikeluhkan oleh pengguna Moka Pot, kami salah satu di antaranya, adalah bagaimana menghasilkan karakter kopi yang tidak burnt dan pahitnya keterlaluan. Jika kita memiliki Bialetti Moka Express, pada buku panduan penggunaannya, kita tidak akan menemukan tips bagaimana menghindari rasa terbakar dan getir berlebih selama penyeduhan dengan Moka Pot.
Nah, untuk menghindari rasa terbakar dan getir berlebih tersebut, akan sangat berguna jika kita mengetahui proses kerja Moka Pot.
Pertama-tama, Moka Pot masuk ke dalam metode ekstraksi kopi berbasis tekanan. Karena sama-sama berbasis tekanan, kadang Moka Pot juga diebut sebagai espresso kompor, terlepas setuju atau tidak akan penyematan tersebut. Tekanan Moka Pot cukup sederhana: air mendidih di dalam alumunium autoclave, lalu air mendidih itu akan menekan menembus pipa corong tempat bubuk kopi terkumpul, lalu tembus ke saringan di atasnya, dan keluar di bejana bagian atas. Nah, cara kerja seperti itu sebenarnya yang membuat Moka Pot mirip dengan espresso. Tapi bukan pada tekanan, melainkan bagaimana air mengekstraksi kopi cuma sekali aliran saja (flowing), tidak merendam (immersion).
Kedua, soal waktu. Waktu persinggungan pengekstraksian kopi dalam Moka Pot terletak pada resistansi hidrolik di sekumpulan bubuk kopi (ampas, cake). Hal tersebut bergantung pada tiga faktor berikut: 1) jumlah bubuk kopi yang digunakan; 2) tingkat kerataan kasar-halus bubuk kopi; dan 3) penekanan bubuk kopi (tamping), apakah dibiarkan saja atau ditekan dengan cara menyekrup bejana bagian atas ke bejana bawah.
Ketiga, termodinamika, dalam hal ini hubungan antara tekanan air dengan temperatur. Nah, tekanan air dan temperatur ini sangat berpengaruh berapa besar tekanan yang dihasilkan. Dengan asumsi titik didih 100 derajat, maka tekanan yang dihasilkan Moka Pot sekitar 0.5 atm.
Bialetti Moka Express 1 cup
Karena Moka Pot mengekstraksi material dapat larut pada kopi dengan bersandar pada tekanan air, tingkat kasar-halus bubuk kopi dan proses tamping atau penekanan-pemerataan bubuk kopi menjadi penting untuk diperhatikan dengan saksama. Semakin halus bubuk kopi dan semakin terpadatkan dengan cara di-tamping, maka dibutuhkan tekanan yang besar untuk dapat menghasilkan ekstraksi yang baik. Dan, untuk dapat mencapai tekanan 9 atm seperti mesin espresso kurang lebih temperatur air harus mencapai 170 sampai 180 derajat. Tingkat temperatur tersebut tidak dimungkinkan dicapai pada Moka Pot, selain untuk mencegah hasil kopi yang pahitnya tidak menyenangkan, juga soal keselamatan. Itulah mengapa di Moka Pot terdapat katup atau valve yang bisa mengontrol tekanan yang membahayakan. Pernah melihat Moka Pot meleduk, kan?
Nah, karena temperatur yang dicapai Moka Pot itu maksimal 110 derajat, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan bubuk kopi dalam skala kasar, tidak halus, dan tidak di-tamping. Lantaran, untuk dapat mencapai tekanan yang dibutuhkan untuk mengekstraksi bubuk kopi yang halus ditambah ter-tamping pula, temperatur yang dibutuhkan itu di atas 110 derajat. Temperatur di bawah 110 derajat itulah yang menyebabkan substansi-substansi yang tak-larut menjadi ikut terekstraksikan sehingga itu meninggalkan rasa pahit yang berlebih, atau kadang sering disebut sebagai burnt. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Moka Pot itu untuk bisa menghasilkan ekstraksi yang baik adalah dengan cara mengalir (flowing), bukan merendam (immersion). Ketika bubuk kopi terlalu halus dan terlalu padat, tekanan air jadi tidak langsung mengalir menembus bubuk kopi, melainkan ikut merendam bubuk kopi.
Dengan demikian, tingkat ukuran bubuk kopi yang ideal untuk menyeduh kopi dengan Moka Pot, dalam hal ini menghindari rasa burnt, adalah skala kasar. Lalu, apa batasan kasar itu sendiri sejak setiap orang boleh jadi bisa berbeda satu sama lain dalam mengindentifikasi tingkat bubuk kopi yang kasar itu seperti apa. Sebagai pembanding, kita bisa mencobanya dalam skala bubuk kopi untuk pour over atau french press. Betapapun, kopi itu seperti thariqat, yaitu sebuah jalan. Anda harus menemukan sendiri jalan tersebut sejak kopi itu bergantung pada selera Anda :-)
Nah, sekarang Anda bisa mencobanya di rumah. Dan, jika tidak berkeberatan, silakan berikan komentar Anda di blog ini atas tips ini di sini: biar kita saling berbagi mengenai pengalaman kita dalam menyeduh kopi :-) Lebih bagus lagi jika Anda menulis sendiri untuk blog Anda (jika Anda memiliki blog tentu saja).
Tabik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar